Ini cerita tentang dua orang yang nggak seberapa, dua laki-laki menengah kebawah yang berkeinginan untuk menguasai galaksi bimasakti.
Adit, 20thn, yang ngakunya design grafis pofesional, biasa mendesign segala macam poster, pamflet, sampe design panu terbaru, apapun bisa ia design dengan laptop dan corel-nya.
Dan Ryan, 19thn, (ketika postingan ini ditulis), yang punya hobby nulis, ngakunya seorang blogger, tapi ngeblog aja satu semester sekali, katanya sih mau punya buku, tapi kalo ngeblognya masih kayak gitu, satu-satunya buku yang bisa ia rilis, cuma buku yasin.
Semua ini berawal dari Liqo’ (semacam ngaji bareng gitu), Adit dan Ryan masuk dalam satu kelompok liqo’, yang tutornya adalah kakak tingkatnya sendiri.
Ketika itu seperti biasa setelah selesai ngaji sang tutor menanyakan ada kabar apa, ada masalah apa kepada semua anggota dikelompok liqo’ tersebut. Ryan yang biasanya kebanyakan becanda, entah ada angin apa, tiba-tiba malam itu mendadak serius.
Ketika ditanya sang tutor ‘kalo ryan gimana? Ada masalah apa?’ seolah-olah sang tutor melihat dari muka Ryan tampak terlalu banyak masalah. ‘nggak ada apa-apa kak, Cuma…’ ryan agak ragu untuk mencurahkan isi hatinya, ‘Cuma apa?’ sang tutor menannyakan kembali, ‘mmm.. Cuma..’, ‘cumaaa apaaa?’ tutor dan para anggota liqo’ lainnya kompak penasaran, ‘Cuma.. kamu.. cintaku di dunia ini..’
Tutor dan anggota liqo’ lainnya pun serentak melempari ryan dengan gorengan yang ada dihadapan mereka.
Tidak.. tidak.. tidak seperti itu cerita sesungguhnya.
Saat itu Ryan bercerita kalo dia lagi pengen usaha cari penghasilan, biar bisa bantu biaya hidup saat kuliah ini, biar nggak terus-terusan minta ke orangtuanya, di umur yang udah dewasa awal ini ryan merasa kalo dirinya harus cari penghasilan sendiri, tapi Ryan sendiri bingung mau usaha apa, karena satu-satunya hal yang ia bisa dalam hal bisnis cuma motokopiin buku satu kelas, kalo harganya 9ribu, ia bilang ke temen-temnenya 10rbu, dan uang sisanya ia kantongi. Itu doang.
Setelah liqo’ malem itu selesai tiba-tiba Adit menghampiri ryan
‘yan, gua punya ide usaha, mau ikutan nggak lo?’
‘usaha apaan dit, jadi bencong? Wah nggak ikutan deh’
‘bukaaan, gini.. lo kan jago nulis, gimana kalo lo bikin kata-kata buat ditaro di kaos, kayak semacam kaos Jogger gitu, tapi kita buat sedikit beda, nah nanti gue yang design kaosnya, terus kita jual kaosnya bareng-bareng’
‘wah boleh juga, yaudah dit gue mau’.
Sehari duahari tigahari berlalu, Adit dan Ryan kembali berbincang mengenai usaha yang ingin mereka rintis, mereka ingin mempunyai brand sendiri untuk kaos yang ingn mereka jual, nama demi nama mereka pikirkan bersama, mulai dari kata-kata aneh, nama hewan, nama mantan, mereka tulis dalam sebuah kertas, lalu mereka diskusikan. Dan hasilnya pun nihil, nggak ada nama yang cocok buat brand mereka.
Perlu waktu beberapa hari, bahkan minggu hanya untuk memikirkan sebuah nama untuk brand tersebut. Bahkan di sela-sela jam perkuliahan Adit dan Ryan masih saja membicarakan nama apa yang akan mereka pakai, sampai obrolan absurd pun terjadi.
Mereka menjodoh-jodohkan kedua nama orang tua mereka layaknya pasangan labil yang baru pacaran. Misalnya Agam dan Tika disingkat menjadi Agaka, mereka mencoba menggabungkan nama kedua orang tua mereka, yang tentunya hasilnya geli banget.
Ryan: “dit, nama bokap lo sapa?”
Adit: “Jahidin, kenapa yan?”
Ryan: “coba gabungin sama nama bokap gua, bokap gua Rosidi”
Adit:”Jahiro? Rosija?”
Ryan:”mmm, Rohidin? Atau Roh halus?”
Adit: “Ah nggak cocok, coba nama ibu”
Ryan: “Ibu gue Rus, ibu lo sapa?”
Adit: “Kayi, hmm berarti Karus? atau Ruka?”
Ryan: “argh nggak cocok juga, kayak nama Digimon”
Beruntung nama hasil gabungan itu tidak mereka pakai, dan mereka tidak berlanjut ke pemikiran yang lebih allay lagi, nggak kebayang kalo lebih allay lagi pasti bakal jadi “JahiTdin thAyank RoSiyyidi” atau “Rus NyaAaaa Kayi”. Yang ada bukan Brand mereka yang terkenal, tapi mereka sudah dikutuk menjadi patung gajah Adipura.
Singkat cerita Ryan menemukan sebuah nama yang ia dapat dari novel yang ia baca, yaitu “Intovert”, dan Adit pun langsung menyetujui nama tersebut. Mengenai arti nama tersebut, bisa dbaca di sini.
Setelah menemukan nama untuk brand kaos mereka, mereka makin bersemangat untuk memulai usaha ini.
Namun ada satu hal yang membuat mereka bingung, ‘mau mulai dari mana’, iya usaha kaos memang tidak terlalu sulit, namun dengan kemampuan design Adit dan kata-kata dari Ryan belumlah cukup untuk merintis usaha ini sendiri, perlu adanya kemampuan menyablon kaos, dan yang terpenting adalah modal.
Modal mereka saat itu cuma sebatas niat dan ide, nggak ada sedikitpun uang untuk memulai usaha kaos tersebut.
Berbagai cara mereka pikirkan untuk memulai usaha tersebut, mulai dari ingin meminjam uang di bank, usaha dengan sistem Pre-order, dan membuat proposal PKM agar dapat dana dari dikti jika PKM itu lolos.
Namun saat itu PKM belum dimulai, meminjam di bank pun mereka tidak punya apa-apa untuk jaminannya, saat itu mereka berkomitmen untuk merintis usaha ini sendiri tanpa ada campur tangan orang tua. Jalan satu-satunya adalah dengan sistem pre-order.
Sistem pre-order pun mereka jalani, mereka mulai dengan memasang paflet design kaos di mading-mading yang ada di kampus mereka, tidak lupa juga mereka iklankan lewat media sosial. Satu dua hari pemesan pun berdatangan, tidak begitu banyak, namun bisa dibilang lumayan untuk brand yang baru muncul.
Design yang pemesan pilih, langsung mereka buatkan dengan cara memesan lagi ke konveksi-konveksi, dan ketika jadi, langsung mereka antar kepada si pemesan.
Setelah beberapa minggu mereka menjalani sistem pre-order tersebut, sampailah pada titik lelah. Harga kaos yang mereka jual tidak begitu mahal, dengan memesan lagi ke konveksi lain, harga jual dan modal tidak terpaut jauh, ditambah lagi ongkos bensin untuk mengirim kaos kepada si pemesan, keuntungan yang terkumpul sangatlah minim.
Akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti memakai sistem ore-order tersebut.
Beberapa minggu setelah itu pengeriman proposal PKMpun dibuka, Adit dan Ryan langsung bersemangat membuat propsal tentang ide yang mereka miliki, beruntungnya ada tutor Liqo mereka yang memberi bekas proposal kewirausahaan tentang kaos miliknya yang tidak jadi ia kirim waktu itu, Adit contek dikit-dikit proposal tutor tersebut, lalu ia tulis di proposal PKM yang sedang ia buat.
FYI, PKM adalah singkatan dari Program Kreativitas Mahasiswa. Program ini diadakan oleh DIKTI (Direktorat Pendidikan Tinggi) setiap tahunnya, dengan kategori : PKM-Penelitian, PKM-Kasa Cipta, PKM-Kewirausahaan, dll. Program ini memberikan peluang bagi mahasiswa seluruh Indonesia yang mempunyai ide atau gagasan. Ide/gagasan itu lalu dikembangkan di sebuah proposal yang akan diseleksi secara nasional. Bagi yang lolos seleksi, DIKTI akan memberikan dana yang telah dianggarkan di proposal untuk merealisasikan ide/gagasan tersebut. Gitu.
Setelah selesai penulisan proposal, Adit dan Ryan tinggal mengirimnya ke website DIKTI untuk mengikuti seleksi. Proses upload tidak mudah, karena yang ngupload nggak cuma dua orang ini, nggak cuma di Lampung, dan nggak cuma di Sumatera. Tapi seluruh Indonesia. Mampus.
Website DIKTI overload, Adit udah mencoba untuk ngupload dari tengah malem-subuh-pagi-siang-sore-malem lagi, tapi nggak bisa-bisa. Ryan ikut membantu, namun mereka hampir menemui titik lelah. Ryan sampe sakit masuk angin, Adit sampe nggak tidur 2 hari.
Beruntung ada kabar, batas pengiriman proposal diperpanjang beberapa hari. Walaupun masih kabar simpang siur namum Adit dan Ryan tetap mencoba mengupload proposal tersebut setiap harinya. Sampai suatu ketika, Adit iseng mampir ke warnet untuk nyoba ngupload disana. Setelah beberapa kali mencoba hasil masih nihil. Adit iseng buka twitter, ngeliatin curhatan-curhatan para mahasiswa yang lagi nyoba ngupload proposal PKM mereka di hastag #SIMLITABMAS. Dari twitter Adit ngeliat ada yang ngasih tau beberapa koreksi yang harus diperhatikan dalam ngupload proposal PKM. Dengan semangat, Adit ngikutin tuh cara secara hati-hati. Dan tidak disangka-sangka, proposal akhirnya terupload. Adit terharu, dia hampir menitihkan air mata di balik bilik warnet.
Yep, setelah nunggu beberapa bulan apa yang diharapkan akhirnya terwujud. Proposal PKM-Kewirausahaan Adit dan Ryan yang berjudul : Kain Magenta “Kaos Introvert untuk Mahasiswa Generasi Cinta Indonesia” DIDANAI.
Mulai dari situlah usaha Kaos Introvert dikembangkan. Walaupun pastinya banyak halang merintang yang ada, mereka berdua telah berkomitmen untuk tidak menyerah.
Berikut merupakan Flow Chart perjalanan Project of Introvert.
Adit, 20thn, yang ngakunya design grafis pofesional, biasa mendesign segala macam poster, pamflet, sampe design panu terbaru, apapun bisa ia design dengan laptop dan corel-nya.
Dan Ryan, 19thn, (ketika postingan ini ditulis), yang punya hobby nulis, ngakunya seorang blogger, tapi ngeblog aja satu semester sekali, katanya sih mau punya buku, tapi kalo ngeblognya masih kayak gitu, satu-satunya buku yang bisa ia rilis, cuma buku yasin.
Semua ini berawal dari Liqo’ (semacam ngaji bareng gitu), Adit dan Ryan masuk dalam satu kelompok liqo’, yang tutornya adalah kakak tingkatnya sendiri.
Ketika itu seperti biasa setelah selesai ngaji sang tutor menanyakan ada kabar apa, ada masalah apa kepada semua anggota dikelompok liqo’ tersebut. Ryan yang biasanya kebanyakan becanda, entah ada angin apa, tiba-tiba malam itu mendadak serius.
Ketika ditanya sang tutor ‘kalo ryan gimana? Ada masalah apa?’ seolah-olah sang tutor melihat dari muka Ryan tampak terlalu banyak masalah. ‘nggak ada apa-apa kak, Cuma…’ ryan agak ragu untuk mencurahkan isi hatinya, ‘Cuma apa?’ sang tutor menannyakan kembali, ‘mmm.. Cuma..’, ‘cumaaa apaaa?’ tutor dan para anggota liqo’ lainnya kompak penasaran, ‘Cuma.. kamu.. cintaku di dunia ini..’
Tutor dan anggota liqo’ lainnya pun serentak melempari ryan dengan gorengan yang ada dihadapan mereka.
Tidak.. tidak.. tidak seperti itu cerita sesungguhnya.
Saat itu Ryan bercerita kalo dia lagi pengen usaha cari penghasilan, biar bisa bantu biaya hidup saat kuliah ini, biar nggak terus-terusan minta ke orangtuanya, di umur yang udah dewasa awal ini ryan merasa kalo dirinya harus cari penghasilan sendiri, tapi Ryan sendiri bingung mau usaha apa, karena satu-satunya hal yang ia bisa dalam hal bisnis cuma motokopiin buku satu kelas, kalo harganya 9ribu, ia bilang ke temen-temnenya 10rbu, dan uang sisanya ia kantongi. Itu doang.
Setelah liqo’ malem itu selesai tiba-tiba Adit menghampiri ryan
‘yan, gua punya ide usaha, mau ikutan nggak lo?’
‘usaha apaan dit, jadi bencong? Wah nggak ikutan deh’
‘bukaaan, gini.. lo kan jago nulis, gimana kalo lo bikin kata-kata buat ditaro di kaos, kayak semacam kaos Jogger gitu, tapi kita buat sedikit beda, nah nanti gue yang design kaosnya, terus kita jual kaosnya bareng-bareng’
‘wah boleh juga, yaudah dit gue mau’.
Sehari duahari tigahari berlalu, Adit dan Ryan kembali berbincang mengenai usaha yang ingin mereka rintis, mereka ingin mempunyai brand sendiri untuk kaos yang ingn mereka jual, nama demi nama mereka pikirkan bersama, mulai dari kata-kata aneh, nama hewan, nama mantan, mereka tulis dalam sebuah kertas, lalu mereka diskusikan. Dan hasilnya pun nihil, nggak ada nama yang cocok buat brand mereka.
Perlu waktu beberapa hari, bahkan minggu hanya untuk memikirkan sebuah nama untuk brand tersebut. Bahkan di sela-sela jam perkuliahan Adit dan Ryan masih saja membicarakan nama apa yang akan mereka pakai, sampai obrolan absurd pun terjadi.
Mereka menjodoh-jodohkan kedua nama orang tua mereka layaknya pasangan labil yang baru pacaran. Misalnya Agam dan Tika disingkat menjadi Agaka, mereka mencoba menggabungkan nama kedua orang tua mereka, yang tentunya hasilnya geli banget.
Ryan: “dit, nama bokap lo sapa?”
Adit: “Jahidin, kenapa yan?”
Ryan: “coba gabungin sama nama bokap gua, bokap gua Rosidi”
Adit:”Jahiro? Rosija?”
Ryan:”mmm, Rohidin? Atau Roh halus?”
Adit: “Ah nggak cocok, coba nama ibu”
Ryan: “Ibu gue Rus, ibu lo sapa?”
Adit: “Kayi, hmm berarti Karus? atau Ruka?”
Ryan: “argh nggak cocok juga, kayak nama Digimon”
Beruntung nama hasil gabungan itu tidak mereka pakai, dan mereka tidak berlanjut ke pemikiran yang lebih allay lagi, nggak kebayang kalo lebih allay lagi pasti bakal jadi “JahiTdin thAyank RoSiyyidi” atau “Rus NyaAaaa Kayi”. Yang ada bukan Brand mereka yang terkenal, tapi mereka sudah dikutuk menjadi patung gajah Adipura.
Singkat cerita Ryan menemukan sebuah nama yang ia dapat dari novel yang ia baca, yaitu “Intovert”, dan Adit pun langsung menyetujui nama tersebut. Mengenai arti nama tersebut, bisa dbaca di sini.
Setelah menemukan nama untuk brand kaos mereka, mereka makin bersemangat untuk memulai usaha ini.
Namun ada satu hal yang membuat mereka bingung, ‘mau mulai dari mana’, iya usaha kaos memang tidak terlalu sulit, namun dengan kemampuan design Adit dan kata-kata dari Ryan belumlah cukup untuk merintis usaha ini sendiri, perlu adanya kemampuan menyablon kaos, dan yang terpenting adalah modal.
Modal mereka saat itu cuma sebatas niat dan ide, nggak ada sedikitpun uang untuk memulai usaha kaos tersebut.
Berbagai cara mereka pikirkan untuk memulai usaha tersebut, mulai dari ingin meminjam uang di bank, usaha dengan sistem Pre-order, dan membuat proposal PKM agar dapat dana dari dikti jika PKM itu lolos.
Namun saat itu PKM belum dimulai, meminjam di bank pun mereka tidak punya apa-apa untuk jaminannya, saat itu mereka berkomitmen untuk merintis usaha ini sendiri tanpa ada campur tangan orang tua. Jalan satu-satunya adalah dengan sistem pre-order.
Sistem pre-order pun mereka jalani, mereka mulai dengan memasang paflet design kaos di mading-mading yang ada di kampus mereka, tidak lupa juga mereka iklankan lewat media sosial. Satu dua hari pemesan pun berdatangan, tidak begitu banyak, namun bisa dibilang lumayan untuk brand yang baru muncul.
Design yang pemesan pilih, langsung mereka buatkan dengan cara memesan lagi ke konveksi-konveksi, dan ketika jadi, langsung mereka antar kepada si pemesan.
Setelah beberapa minggu mereka menjalani sistem pre-order tersebut, sampailah pada titik lelah. Harga kaos yang mereka jual tidak begitu mahal, dengan memesan lagi ke konveksi lain, harga jual dan modal tidak terpaut jauh, ditambah lagi ongkos bensin untuk mengirim kaos kepada si pemesan, keuntungan yang terkumpul sangatlah minim.
Akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti memakai sistem ore-order tersebut.
Beberapa minggu setelah itu pengeriman proposal PKMpun dibuka, Adit dan Ryan langsung bersemangat membuat propsal tentang ide yang mereka miliki, beruntungnya ada tutor Liqo mereka yang memberi bekas proposal kewirausahaan tentang kaos miliknya yang tidak jadi ia kirim waktu itu, Adit contek dikit-dikit proposal tutor tersebut, lalu ia tulis di proposal PKM yang sedang ia buat.
FYI, PKM adalah singkatan dari Program Kreativitas Mahasiswa. Program ini diadakan oleh DIKTI (Direktorat Pendidikan Tinggi) setiap tahunnya, dengan kategori : PKM-Penelitian, PKM-Kasa Cipta, PKM-Kewirausahaan, dll. Program ini memberikan peluang bagi mahasiswa seluruh Indonesia yang mempunyai ide atau gagasan. Ide/gagasan itu lalu dikembangkan di sebuah proposal yang akan diseleksi secara nasional. Bagi yang lolos seleksi, DIKTI akan memberikan dana yang telah dianggarkan di proposal untuk merealisasikan ide/gagasan tersebut. Gitu.
Setelah selesai penulisan proposal, Adit dan Ryan tinggal mengirimnya ke website DIKTI untuk mengikuti seleksi. Proses upload tidak mudah, karena yang ngupload nggak cuma dua orang ini, nggak cuma di Lampung, dan nggak cuma di Sumatera. Tapi seluruh Indonesia. Mampus.
Website DIKTI overload, Adit udah mencoba untuk ngupload dari tengah malem-subuh-pagi-siang-sore-malem lagi, tapi nggak bisa-bisa. Ryan ikut membantu, namun mereka hampir menemui titik lelah. Ryan sampe sakit masuk angin, Adit sampe nggak tidur 2 hari.
Beruntung ada kabar, batas pengiriman proposal diperpanjang beberapa hari. Walaupun masih kabar simpang siur namum Adit dan Ryan tetap mencoba mengupload proposal tersebut setiap harinya. Sampai suatu ketika, Adit iseng mampir ke warnet untuk nyoba ngupload disana. Setelah beberapa kali mencoba hasil masih nihil. Adit iseng buka twitter, ngeliatin curhatan-curhatan para mahasiswa yang lagi nyoba ngupload proposal PKM mereka di hastag #SIMLITABMAS. Dari twitter Adit ngeliat ada yang ngasih tau beberapa koreksi yang harus diperhatikan dalam ngupload proposal PKM. Dengan semangat, Adit ngikutin tuh cara secara hati-hati. Dan tidak disangka-sangka, proposal akhirnya terupload. Adit terharu, dia hampir menitihkan air mata di balik bilik warnet.
Yep, setelah nunggu beberapa bulan apa yang diharapkan akhirnya terwujud. Proposal PKM-Kewirausahaan Adit dan Ryan yang berjudul : Kain Magenta “Kaos Introvert untuk Mahasiswa Generasi Cinta Indonesia” DIDANAI.
Mulai dari situlah usaha Kaos Introvert dikembangkan. Walaupun pastinya banyak halang merintang yang ada, mereka berdua telah berkomitmen untuk tidak menyerah.
Berikut merupakan Flow Chart perjalanan Project of Introvert.